Sabtu, 14 Februari 2015

Apa Itu Musikalisasi Puisi

Musikalisasi Puisi
Pengertian

     Musikalisasi adalah “hal menjadikan bersifat musikal”, dan musikal berarti “berkenaan dengan musik” atau “mempunyai kesan musik” dan “mempunyai rasa peka terhadap musik”. Musikal itu bertalian dengan kata musik, yang artinya adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara diurutkan kombinasi dengan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan atau nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi).


  Puisi sebagai salah satu karya sastra, dari segi bentuknya sudah menggunakan bahasa yang lebih padat dalam hal pemilihannya daripada pemakaiannya di dalam prosa, misalnya. Pemakaian kata pada puisi diperhitungkan dengan ketat, mempertimbangkan segi makna, kekuatan citraan, rima dan jangkauan simboliknya. Oleh karena itu, di dalam puisi kata-kata tidak sekedar digunakan sebagai alat mengungkap gagasan atau perasaan penyair, tetapi juga sebagai bahan atau alat untuk membangkitkan tanggapan pembaca. Dengan kata lain, bahasa di dalam puisi berperan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan penyair, di samping untuk membangkitkan pengalaman jiwa yang senyata-nyatanya pada pembaca. Di dalam hal yang seperti itu, sebuah karya puisi yang dibacakan, sudah menimbulkan yang musikal. Kata-kata yang dipakai dalam peran tadi sudah memberikan unsur musik. Bahkan, tidak jarang pula citraan dan daya simbolik kata tadi, muncul karena nilai musikalnya.
  Musikalisasi puisi merupakan upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal tersebut sehingga puisi sebagai karya sastra dapat lebih jelas lagi berdiri di depan khalayaknya. Jadi, unsur musikal merupakan jembatan bagi khalayak untuk “berhubungan” dengan puisi.



            Pemahaman Puisi
                        Musikalisasi puisi adalah salah satu kegiatan apresiasi puisi. Apresiasi berarti        penghargaan berdasarkan pemahaman, dan dengan demikian, pelaku musikalisasi puisi bukan hanya sekedar mengenal puisi sebagai karya sastra, tetapi puisi itu harus dibaca dan dipahami.

a.     Membaca puisi
Puisi dibaca secara bergantian dan didengarkan dengan sungguh-sungguh oleh semua pelaku/anggota kelompok. Dari pembacaan puisi itu, diharapkan ada kesadaran terhadap makna kata, dan sesama pelaku/anggota kelompok diberi kesempatan untuk menilai dan menentukan bacaan puisi yang baik di antara mereka. Pembacaan puisi yang baik adalah pengucapan kata-kata cukup terdengar, dapat dimengerti dan meyakinkan. Pada tahap ini, pembacaan puisi itu akan semakin terarah, ada perbincangan tentang makna kata, baik yang tersurat yaitu “kata yang tertulis”, maupun yang tersirat yaitu “sesuatu yang tersembunyi di dalamnya”.

“Gadis Peminta-minta”
Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Dan kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dan kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di aras air kotor, tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas san tak ada yang punya
Dan kataku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.

Padamu Jua”
Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pualng kembali aku padamu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa


Dimana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu bukan giliranku
Mati hari bukan kawanku

Walau”
Sutardji Calzoum Bachri
Walau penyair besar
Takkan sampai sebatas Allah
Dulu pernah kuminta Tuhan
Dalam diri
Sekarang tak

Kalau mati
Mungkin hatiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
Jiwa membumbung dalam baris sajak

Tujuh puncak membilang-bilang
Nyeri hari mengucap-ucap
Di butir pasir kutulis rindu-rindu

Walau huruf habislah sudah
Alif ba ta ku belum sebatas Allah

CATATAN :
            Perbedaan penafsiran puisi adalah hal yang wajar dan tidak untuk diperdebatkan, karena perbedaan itu adalah proses untuk bersikap positif, membuka ruang untuk terciptanya kebersamaan, menjadi dinamika yang membentuk kepadatan proses kreatif.

            Ide & Kreativitas
            Pembacaan puisi yang baik, sudah menimbulkan “hal yang bersifat musikal”, melalui pengucapan kata-kata dengan tempo cepat, lambat, nada suara tinggi, rendah, keras, lemah dan mendatar.
Pembacaan puisi itu, memberi sentuhan imajinasi dan merasakan peristiwa dalam puisi, menyentuh kepekaan batin dan membuka ruang penciptaan suasana.

Suasana puisi yang tercipta menimbulkan keinginan untuk ikut terlibat dalam proses itu, ada keinginan menghadirkan bunyi, yang sangat terkait dengan ide & kreativitas dalam penggarapan karya seni musikalisasi puisi.
Catatan:
·         Pada awalnya, memang terjadi benturan dengan kehadiran bunyi itu, dan permasalahan ini dijawab dengan mengulang dan mengulang kembali proses latihan tersebut.

·         Kebersamaan dalam kelompok musikalisasi puisi, juga untuk terbinanya kesadaran dan kesabaran dalam melalui tahapan proses latihan. Ada langkah awal dan langkah berikutnya.

·         Penggarapan musikalisasi puisi, tidak sekedar ada naskah puisi, kemudian gitar dipetik, mencari dan merangkai nada, langsung menciptakan lagu. Hal seperti itu akan menampilkan seseorang yang mengarahkan segalanya dengan sikap dan gaya menggurui, yang akan menghilangkan pengertian apresiasi, menghambat ide dan kreativitas.



“Doa”
Chairil Anwar
            Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Cahaya Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di malam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintu Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling


Sesudah pengucapan judul dan nama penyair, ada bunyi yang dihadirkan :
·         Apakah suara seruling yang mendayu
·         Bunyikan perkusi dengan tempo lambat
·         Petikan gitar yang menyelingi nada-nada seruling
·         Remasan kantong plastik suara gemerisik ilalang
·         Tampah beras yang diaduk, suara hembusan angin
Ketika pembacaan puisi sampai pada larik “Menyebut kau penuh seluruh”, ada gejolak dalam diri yang menimbulkan keinginan untuk merubah suasana :
·         Seruling yang beralih tempo dan adanya rangkaian nada
·         Bunyi perkusi dalam penciptaan irama
·         Gitar menyesuaikan permainan akordnya
·         Gumpalan kantong plastik dipukul, meningkahi irama perkusi
·         Suara koor yang menyelaraskan suasana
Ketika pembacaan puisi sampai pada larik “Tuhanku Aku mengembara di negeri asing”, suasana puisi berganti :
·         Suara seruling menyentuh keheningan
·         Ketukan perkusi, denyut kehidupan
·         Petikan gitar, menyesuaikan suasana
·         Remasan kantong plastik, bunyi yang timbul tenggelam
Dari proses tersebut di atas, ide dan kreativitas dapat dikembangkan, diantaranya :
·         Suara seruling, petikan gitar, adalah nada-nada yang dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam proses penciptaan lagu
·         Bunyi perkusi, dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam proses penciptaan irama

Instrumen/Alat Bunyi-bunyian
·         Alat musik ritmis = Gendang/Triangle/Perkusi
·         Alat musik melodis = Seruling/Harmonika/Pianika
·         Alat musik akordis = Gitar/Keyboard/Piano
Instrumen/Alat Bunyi-bunyian tersebut di atas, adalah alat musik yang pada umumnya sudah dikenal, dan dalam proses penggarapan musikalisasi puisi akan memudahkan penempatan fungsi instrumen/alat bunyi-bunyian yang dimaksud
Dari beragamnya tema puisi, beragam pula instrumen/alat bunyi-bunyian yang dipergunakan, tidak terbatas pada alat-alat musik yang ada.
Pemahaman puisi sangat membantu untuk menemukan instrumen/alat bunyi-bunyian yang dibutuhkan. Dengan sentuha ide dan kreativitas, bisa saja benda-benda atau peralatan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya : galon minuman, botol, bambu, batok kelapa, gelas, kantong plastik, sendok, dll. Tetapi harus dipelajari terlebih dahulu tentang bunyi yang dihadirkan, terkait dengan penciptaan suasana dan peningkatan kesan musik pada puisi. Akan lebih memberi arti, apabila instrumen/alat bunyi-bunyian yang dibutuhkan itu dibuat/diciptakan sendiri.
Proses seperti ini akan berlanjut dengan adanya usaha mengenal dan mempelajari penggunaan alat musik tradisi. Banyak penyair yang bermukim di daerah-daerah di Indonesia ini, dengan karyanya mereka mengungkapkan tentang luka derita dan air mata, senyum dan harapan, cinta, rindu dan kecewa, yang bersumber dari hidup dan kehidupan di daerahnya. Jika puisi itu dimusikalisasikan, adalah lebih tepat, alat musik tradisi daerah itu yang dipergunakan.

Bentuk Musikalisasi Puisi
Yang penting dan jangan diabaikan adalah pengertian tentang musikalisasi puisi, agar tidak terjadi pengembangan ide dan kreativitas yang mengarah ke bentuk apresiasi puisi yang lain, misalnya : dramatisasi puisi, puisi teatrikal, dan gerak yang berlebihan dalam berekspresi.
Bentuk musikalisasi puisi :
·         Pembacaan puisi secara utuh, musik mengiringi. Tantangannya adalah musik harus mampu menciptakan suasana-suasana puisi sehingga tidak monoton.
·         Sebagian puisi dibaca, sebagian lagi dinyanyikan, musik mengiringi. Tantangannya adalah pada penciptaan kesinambungan puisi yang dibaca dengan puisi yang dinyanyikan.
·         Puisi dinyanyikan secara utuh, musik mengiringi. Tantangannya adalah kemampuan  menciptakan lagu dari kesan musik yang ada pada puisi.
CATATAN :
Puisi sebagai karya sastra, sangat mempertimbangkan pemakain kata yang terkait dengan makna, kekuatan citraan, rima dan jangkauan simboliknya. Karena itu, jangan sampai terjadi pengulangan kata tanpa motivasi yang jelas.

Contoh Musikalisasi Puisi yang baru saja kami bawakan dalam berbagai event lomba

“Lagu Sederhana Tanah Air Kita”
Sondri BS
            Indonesia, nenek moyang siapa yang menerukannya dalam sebuah nama
Indonesia, merdeka jiwanya merdeka badannya tanah air yang rindu membiru

Dalam jiwamu, bersama gelombang jiwanya
Tertatih letih terkapar cemas, menjaga ruh raganya

Di antara perjalanan dengan simpang-simpang
Yang gaduh perkabaran sejarah
Aku dengar nyanyianmu
Lagu sederhana
Pada tanah air yang bebas jiwa rakyatnya

Lelaki yang memikul
Sejarah bangasanya
Dengan mata jernih cinta
Di tengah keringnya telaga
Dan samudera jiwa yang mencari muara
Dalam hiruk sejarah bangsamu
Kau telah mencoba menjadi satu bintang
Di tengah kerinduan orang orang pada cahaya
Negeri di timur ini
Yang berulang kali dihempaskan gelombang
Diamuk badai
Bahkan mengupak diri mereka
Yang telah menjadi
Penyangga sejarah negerinya sendiri

Tetapi cinta yang murni akan
Menjadi bunga sejarah bangsanya
Cinta yang gombal akan dihembus angin bagai debu

Hatta, orang-orang kecil dari bangsa kita yang masih terpencil
Di pojok dunia
Selalu merindukan para penanam bunga sepertimu
Demi menumbuhkan jiwa
Menemukan sebuah arti


Beribu pulau dan wajah
Yang menyinari negeri ini
Hiduplah abadi dalam jiwamu dengan ratusan juta
Mimpi rakyat
Yang timbul tenggelam dalam gelombang waktu
Di antara tangan tirani yang senantiasa melukai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA !! SEMOGA BERMANFAAT WASALAMUALAIKUM
- See more at: http://blogharun26.blogspot.com/2013/07/cara-membuat-tulisan-berjalan-melayang.html#sthash.Oa2RlCh0.dpuf